penyelamat bangsa _ sebuah cerpen


Kami kehabisan waktu dan cat semprot. Padahal tinggal sedikit lagi kami menyelesaikan graffiti “fuck democracy” di tembok rumah gedong itu. Tembok rumah seorang anggota dewan di komplek elit kota ini.

Anggota dewan yang terpilih dalam pemilu hasil demokrasi, yang tetap menjalankan sistem lama yang sama. Yang membuat ia dapat pindah ke rumah mewah ini, sedangkan ayah kami semakin sulit memeberi makan keluarga.

Di masa injury time itu hal yang kami takutkan akhirnya tiba. Bukan cat yang makin nyaring ketika dikocok, karena cairan berwarna di dalamnya menipis, tapi segerombol security dengan anjing peranakan herdernya.

Adegan the most terrible chased pun dimulai. Kami berlari di bawah rasi bintang wuluku atau orion atau apapun, aku tak pernah tahu. Dan kelebatan akasia di kiri kanan kami. Dan tiga orang security plus seekor anjing herder di belakang kami.

Aku berlari paling depan. Walaupun sisa – sisa nikotin di dada mulai membuat paru – paru menjerit tapi aku bisa berlari lebih cepat daripada Ide. Karena aku sering bermain sepakbola. Terbiasa mengejar striker lawan jadi modalku jika harus sprint race.

Sambil mengatur nafas ala sprinter nasional yang berlaga di Asian Games. Aku melihat Ide sudah tertangkap, dan dua orang security kini mengejarku.

Empatiku muncul, ingin rasanya berhenti saja dan menghadapi marabahaya bersama. Apalagi badanku juga mulai overheat. Tapi, egoku membuat kaki terus bergerak secepat mungkin.

Dan seperti juga sprinter nasional yang kalah di Asian Games. Akupun terkejar oleh seorang security yang dengan tidak sportif menarik jaketku.

Bersama kami digelandang ke pos satpam. Bentakan dan cacimaki menghambur ke arah kami, ditambah beberapa tamparan, lengkaplah sudah. Hidup ini memang penuh penderitaan.

Sebenarnya malam minggu ini bisa lebih tenang. Jika saja aku tidak termakan omongan idealis si tengik Ide Subroto. Mungkin saat ini aku bakalan berada di ruang tamu rumah Giza, mengobrol hangat sambil menikmati cappuccino dan kue – kue.

Bukan di sini mengobrol dengan security, yang bicaranya membentak dan kami yang merespon dengan gemetaran.

It’s gonna a long night ever.......to be continued to

top