Saat ini kota Bandung telah bertransformasi menjadi sebuah kota fashion dan kreatifitas (fashion and creativity city) hal ini didasarkan oleh banyaknya industri kreatif yang tumbuh berkembang di kota Bandung. Industri kreatif Bandung seakan menjawab tantangan pasar global dimana kreatifitas dan inovasi sebuah produk sangat diminati konsumen era ini yang didominasi pemuda dan orang-orang yang jenuh dengan hal-hal konvensional.
Industri kreatif memang memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Menurut Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu, industri kreatif Indonesia menyumbangkan sekitar 4,75% dari PDB Indonesia pada tahun 2007, sudah diatas sektor gas, listrik, dan air bersih. Laju pertumbuhan industri ini sudah mencapai 7,3% per tahun pada tahun 2007. Angka ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada tingkat 5,6% (Bisnis Indonesia, 24 oktober 2007)
Untuk Jawa Barat sendiri, berdasarkan data Disindag Jabar industri kreatif memberikan kontribusi PDB sebesar 8%. Dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sebesar 392.636 orang, atau 2,54% dari total tenaga kerja di Jawa Barat. Tingkat pertumbuhannya memang relatif tidak tinggi, hanya 4,55%, tetapi itu pertumbuhan yang alami alias belum ada campur tangan dari pemerintah. (Pikiran Rakyat, 31 Agustus 2009)
Perkembangan sebuah kota tentu saja memiliki sisi-sisi negatif, karena suatu pertumbuhan yang positif kadang-kadang mengorbankan elemen lain yang memang tak bisa berjalan bersama. Tinggi nya tingkat PAD kota Bandung yang sebagian besar disumbang dari bidang pariwisata dan perdagangan adalah hasil dari promosi yang baik. Hingga saat ini metode promosi yang banyak digunakan baik oleh pemkot, pengusaha, dan berbagai event organizer dalam memasarkan event atau pun produknya adalah dengan menggunakan media spanduk. Menurut data dari dinas pertamanan Kota Bandung ada sekitar 7000 spanduk yang dipasang sepanjang tahun 2008. Hanya 20% diantaranya yang diproses secara legal ke dinas pertamanan, sisanya dipasang secara ilegal. (Pikiran Rakyat, 15 oktober 2008)
Permasalahan lalu muncul ketika spanduk-spanduk promosi tersebut telah kadaluarsa, baik isi maupun kondisi fisiknya. Limbah-limbah spanduk tersebut menumpuk dan hanya sedikit yang termanfaatkan untuk di daur ulang. Beberapa bahan spanduk printing mengandung unsur plastik, polyester, yang sangat sulit diurai menjadikan limbah spanduk itu pada akhirnya merusak lingkungan.
Melihat kondisi banyaknya limbah spanduk bekas promosi yang menggunung tidak termanfaatkan ditambah belum adanya solusi maksimal dari pemkot sendiri dan pangsa pasar industri kreatif yang potensial juga pasar yang terus tumbuh maka usaha pemanfaatan limbah spanduk untuk dijadikan bahan dasar kreasi tas kreatif memiliki potensi yang sangat besar. Selain membantu sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan limbah spanduk, usaha kami juga sangat prospektif untuk segmen pasar anak muda yang peduli lingkungan. Peluang usaha ini, yang memiliki banyak kelebihan, sangatlah menjanjikan.